Nama
|
:
|
Vinezzia Ratu
N
|
NPM
|
:
|
1C514069
|
Kelas
|
:
|
3PA04
|
TUGAS PSIKOTERAPI
Perbedaan Psikoterapi dan Konseling
A.
Definisi
Psikoterapi dan Konseling
a.
Definisi
Psikoterapi
Psikoterapi adalah usaha penyembuhan
untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi
(Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche"
yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang
artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi
disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi
pikiran.
Psikoterapi juga memiliki bebeapa
pengertian dari berbagai tokoh antara lain, menurut Hariyanto (2010), psikoterapi
adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif
belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam
kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan
melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru
atau akan mengalami perceraian.
b.
Definisi
Konseling
Menurut
Schertzer dan Stone (1980), konseling adalah upaya membantu individu melalui
proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli
mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan
tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan
efektif perilakunya.
Menurut Prayitno
dan Erman Amti (2004:105), konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
B.
Perbedaan
Psikoterapi dan Konseling
Perbedaan konseling dan psikoterapi didefinisikan oleh Pallone (1977)
dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai
berikut:
KONSELING
|
PSIKOTERAPI
|
1.
Klien
|
1.
Pasien
|
2.
Gangguan yang kurang serius
|
2.
Gangguan yang serius
|
3.
Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
|
3.
Masalah kepribadian dan pengambilankeputusan
|
4.
Berhubungan dengan pencegahan
|
4.
Berhubungan dengan penyembuhan
|
5.
Lingkungan pendidikan dan non
medis
|
5.
Lingkungan medis
|
6.
Berhubungan dengan kesadaran
|
6.
Berhubungan dengan ketidaksadaran
|
7.
Metode pendidikan
|
7.
Metode penyembuhan
|
Terdapat juga perbedaan psikoterapi dan konseling menurut Mappiare
(dalam Hartosujono, 2004) ada sejumlah perbedaan psikoterapi dan konseling
dikemukakan sebagai berikut:
1. Konseling
merupakan bagian dari psikoterapi. Psikoterapi merupakan bagian yang lebihluas
dari pada konseling.
2. Konseling lebih
mengarah pada penyebab atau awal masalah. Selanjutnya konseling lebihmengarah
pada pengembangan-pendidikan-pencegahan. Berbeda dengan psikoterapi
yangmengarah penyembuhan-penyesuaian-penyembuhan.
3. Dasar konseling
adalah filsafat manusia. Dasar dari psikoterapi adalah perbedaan individual
dengan dasar-dasar psikologi kepribadian dan psikopatologi. Pada perkembangan
selanjutnya konseling juga memanfaatkan perkembangan teori-teori kepribadian
dalam konteks ilmu perilaku.
4. Dijelaskan oleh
Narayana Rao (dalam Hartosujono, 2004) bahwa tujuan antara konseling dan
psikoterapi sama, namun keduanya berbeda dalam proses pencapaiannya.
Psikoterapimencapainya dengan cara ‘pembedahan’ psikis dan pembedahan otak.
Proses konselinglebih mengarah pada identifikasi dan kekuatan-kekuatan positif
yang dimiliki klien, agarklien lebih maksimal dalam kehidupannya.
C.
Tujuan
Psikoterapi dan Konseling
a. Tujuan psikoterapi menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Tujuan psikoterapi
dengan pendekatan Psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) adalah : membuat
sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi
kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan
menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
2. Tujuan psikoterapi
dengan pendekatan Psikoanalisis menurut Corey (1991) dirumuslan sebagai :
membuat sesuatu yag tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien
dalam menghidupakan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja
melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3. Tujuan psikoterapi
dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada peribadi, menurut Ivey, et al (1987)
adalah : untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang
menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata
atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi
pertumbuhan dirinya yang unik.
4. Tujuan psikoterapi
dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey, et al (1987) sebagai
berikut : untuk menghilangkan kesalah dalam belajar dan berperilaku dan untuk
mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah
perubahan perilaku yang khusus dilakukan oleh klien. Corey (1991) menjelaskan
mengenai hal ini sebagai berikut : Terapi perilaku bertujuan secara umum untuk
menghilangkan perilaku yang malasuai (mal adaptive) dan lebih banyak
mempelajari perilaku yang efektif.
5. Tujuan psikoterapi
dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Corey, et al (1987) sebagai
berikut : Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung
jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan tujuan Gestalt
sebagai berikut : membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari
pengalamannya. unutk merangsangya meneriama tanggung jawab dari dorongan yang
ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap
dorongan-dorongan dari dunia luar.
b. Tujuan konseling menurut Krumboltz, yaitu :
1.
Mengubah
perilaku yang salah penyesuaian, para ahli konseling dan psikoterapi
berpandangan bahwa tujuan konseling adalah mengubah tingkah laku klien yang
salah penyesuaian menjadi perilaku yang tepat penyesuaiannya. Seseorang yang
salah penyesuaian perlu mendapatkan konseling, jika tidak dibantu maka dapat
berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Terkadang ada klien yang tidak
dapat memahami diri dan perilakunya sendiri, jika klien memang ingin
penyesuaian yang baik maka klien harus menyadari dan memiliki kemauan untuk
berubah, agar proses konseling dapat berjalan lancar.
2.
Belajar membuat
keputusan, dalam proses konseling juga harus belajar dalam membuat keputusan.
Memang tidak gampang dalam mengambil keputusan, tetapi klien harus belajar dan
berani dalam hal itu. Karena yang lebih tahu dan paham tentang masalah tersebut
adalah klien itu sendiri. Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki
konsekuensi positif dan negatif, menguntungkan dan merugikan, yang menunjang
maupun yang menghambat. Maka dari itu, dorongan dari konselor juga diperlukan
tetapi dengan risiko yang sudah dipertimbangkan sebelumnya sebagai konsekuensi
alamiah.
3.
Mencegah
munculnya masalah, mencegah munculnya masalah mengandung tiga pengertian, yaitu
mencegah jangan sampai mengalami masalah di kemudian hari, mencegah jangan
sampai masalah yang dialami bertambah berat atau berkepanjangan, mencegah
jangan sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap
(Notosoedirdjo dan Latipun,1999)
Konseling
dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan
layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis.
Dengan kata lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada
klien untuk suatu perubahan tingkah (behavioral change), kesehatan
mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problem
solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan
pembuatan keputusan (decision making). Dengan demikian seorang konselor
perlu didukung oleh pribadi dan keterampilan yang dapat menunjang keefektifan
konseling.
Pada
dasarnya antara konseling dan psikoterapi dalam hal tujuan sama-sama ingin
membantu agar klien dapat menemukan permasalahan untuk kemudian dapat
dipecahkan bersama-sama, namun semua itu hanya dapat terlaksana dengan baik
manakala klien dapat membuka diri dan mau diajak kerjasama.
Dan
adapun perbedaannya lebih kepada pendekatan dan cara penanganannya, dimana
konselor sebagai mitra yang dapat memberikan masukkan dan membantu untuk
memunculkan suatu permasalahan yang dirasakan klien baik masalah yang disadari
maupun yang tidak disadari, sedangkan psikoterapis selain menggunakan tehnik
konseling ia juga menggunakan therapy yang sifatnya lebih kepada
perubahan pada prilaku yang sangat substanstib.
Referensi :
Gunarsa, Singgih D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : https://books.google.co.id/books?id=-vjvjGDxJi4C&pg=PA85&lpg=PA85&dq=perbedaan+psikoterapi+dan+konseling&source=bl&ots=nycpLe0-3g&sig=BPRKKW_PUzR77_GvDH3XnKc3PQ8&hl=id&sa=X&ei=ZPQGVZXkKJaSuATd6YHICg&redir_esc=y#v=onepage&q=perbedaan%20psikoterapi%20dan%20konseling&f=false. Tanggal akses: 18 Maret 2017.
Corey, Gerald. (2009). Teori Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Refika Aditama.
Markam, S.L.S., Sumarmo. (2007). Pengantat Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press.
Markam, S.L.S., Sumarmo. (2007). Pengantat Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press.